Integrasi prinsip kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam berbagai sektor pembangunan dimandatkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Indonesia memberikan perlindungan hukum yang serupa melalui Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan skala nasional – termasuk dalam sektor energi terbarukan.
Program energi rendah karbon Indonesia–Inggris, MENTARI, bekerja dalam empat pilar, yaitu kebijakan, perantara investasi, kolaborasi dan berjejaring, dan proyek demonstrasi dengan gender dan inklusi yang mendasari masing-masing area tersebut. Tujuannya adalah agar perempuan dan laki-laki mempunyai peluang yang setara untuk mendapatkan manfaat dan bekerja dalam industri ini dan mempelajari keterampilan yang mereka perlukan untuk membangun dan memelihara sistem off-grid.
Gena Lysistrata, manajer gender dan inklusi MENTARI, menjelaskan berbagai aspek utama proyek energi terbarukan proyek ini dalam webinar pada 24 November 2021, dengan judul ‘Membangun sinergi untuk pengembangan keterampilan energi terbarukan di Indonesia – peluang melalui kerja sama internasional.’ Acara gabungan antara MENTARI dan RESD-SECO yang diselenggarakan di platform Zoom ini adalah bagian dari Indonesia EBTKE ConEx 2021.
Gena melaporkan bahwa MENTARI secara aktif mendukung transisi Indonesia menuju energi dan teknologi rendah emisi dan ramah lingkungan, serta upaya untuk mencapai target net-zero emission. Contohnya, program ini berkolaborasi dengan lembaga riset lokal, seperti Balai Latihan Kerja Don Bosco di Sumba yang melatih anak muda tentang teknologi energi terbarukan.
Pembicara lain yang berperan serta dalam acara ini termasuk: Prahoro Nurtjahyo, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Martin Stottele dari RESD-SECO; Kitty Garden dari NZMATES; Erdila Indriani dari Politeknik Energi dan Mineral Akamigas Jawa Tengah; dan Ephrem Santos dari Balai Latihan Kerja Don Bosco.
Dalam kontribusinya, Prahoro Nurtjahyo menyebutkan poinnya bahwa, “Transisi energi menuju net-zero emission berarti kita harus mengidentifikasi sumber daya energi yang tepat, infrastruktur, dan teknologi dan memastikan kita mempunyai pendanaan pada setiap tahap proyek. Yang paling penting adalah tersedianya sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas pada setiap tahap proyek energi.”
Ia melaporkan bahwa Presiden Joko Widodo telah menetapkan pengembangan sumber daya manusia sebagai program pembangunan Indonesia nomor satu. Penguasaan keterampilan siswa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi kekhawatiran utama. Pemerintah bertekad untuk mengatasi isu ini dan menyambut kerja sama internasional dalam merancang rencana strategis dan memutuskan arah kebijakan yang diperlukan untuk memperkuat pengembangan sumber daya manusia. Hal ini penting dalam mengembangkan sektor energi baru terbarukan dan mencapai target net-zero emission dan juga memberikan rujukan bagi mitra internasional kita.
Melalui kerja sama dengan Balai Latihan Kerja Don Bosco, MENTARI mengadakan lokakarya konsultatif tentang pengarusutamaan kesetaraan gender dan inklusivitas. Peserta meliputi anak muda yang dipilih untuk mendapatkan beasiswa, dimana mereka belajar cara menyiapkan, memelihara dan mengelola pembangkit listrik fotovoltaik tenaga surya untuk dapat melakukan instalasi desa Mata Redi setelah selesai dibangun.
MENTARI mengadakan lokakarya serupa tentang kesadaran kesetaraan gender untuk perusahaan mitra dan pengembang proyek. Tetapi ini merupakan dialog yang masih terus berlangsung antara MENTARI dan pengambil keputusan dari berbagai perusahaan tersebut tentang cara mengarusutamakan gender dan inklusi dalam semua kegiatan dan proyek yang mereka laksanakan.
Mengapa gender dan inklusi penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan peluang ekonomi di seluruh Indonesia?
Rencana usaha pasokan listrik untuk tahun 2019–2028, yang disusun oleh perusahaan listrik negara, PLN, dengan proyek dalam sektor energi terbarukan yang akan menghasilkan 70.000 pekerjaan baru di Indonesia. Menurut sebuah studi, lapangan pekerjaan terkait operasi dan pengelolaan sistem energi surya di wilayah timur Indonesia bisa tumbuh sebesar 56 persen. Peluang ekonomi dan sosial yang ditawarkan skenario ini harus tersedia secara setara bagi laki-laki dan perempuan di masyarakat di seluruh negeri, termasuk di area yang sebelumnya tertinggal atau belum dialiri listrik.
Tetapi, MENTARI telah menghadapi tantangan dalam menerapkan pengarusutamaan gender dalam proyek energi terbarukannya. Konsep gender dan inklusi tidak selalu dipahami dengan baik dan seringkali tidak disebutkan dalam prosedur operasional standar perusahaan. Selain itu, nilai budaya dan sosial serta persepsi dapat membatasi partisipasi perempuan dalam sektor ini dalam hal pengembangan keahlian atau memetik manfaat dari layanan listrik yang andal. Dan anak muda perlu mendapatkan akses ke pendidikan lanjutan yang mereka butuhkan agar bisa menduduki posisi baru yang akan terbuka dalam sektor energi terbarukan.