British Council Berikan Dukungan Kepada Periset Perubahan Iklim
Jakarta, 20 November 2020- British Council Indonesia memanggil dan memberikan dukungan pendanaan kepada para periset perepuan di Indonesia yang berminat dalam penelitian terkait solusi inovatif tantangan pembangunan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Informasi dipaparkan detil pada Webinar Researcher Links Climate Challenge (LCC) Workshop: Grant Funding for Interdiciplinary, di Jakarta, 20/11, yang di gelar oleh program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia).
Di pandu oleh Carljin Freutel dari program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia), webinar menghadirkan Muhaimin Syamsuddin sebagai senior program manager bidang pendidikan di Science British Council, dan Grenti Paramita, Manajer Program untuk departmen British Council di Indonesia.
Lebih jauh Carljin juga menjelaskan, terkait hal ini, MENTARI akan menghubungkan periset kepada mitra-mitra MENTARI yang mungkin bisa dijajaki lebih lanju. Julio Retana sebagai Team Leader program ini juga hadir memberikan penjelasan terkait program MENTARI. Dalam penjelasannya, program MENTARI merupakan program kerjasama dari Kementerian ESDM dan British Embassy Jakarta, dengan tujuan untuk mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Salah satu ruang lingkup yang dikerjakan oleh Mentari adalah dukungan terhadap peningkatan kebijakan dibidang energi terbarukan, baik on-grid maupun off-grid dalam rangka meningkatkan target bauran energi terbarukan sebagaimana yang sudah dicanangkan didalam rencana umum energi nasional di Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 yaitu 23% bauran energi terbarukan pada tahun 2025. Program ini akan berlangsung selama 4 tahun. Program ini akan memastikan akses dan ketersediaan energi terbarukan di wilayah terpencil terutama di timur Indonesia.
Sementara Muhaimin memberikan gambaran singkat tentang informasi kunci seputar tautan proposal penelitian ini yang di dukung penuh juga oleh Newton Fund. Muhaimin menjelaskan, lokakarya ini dilakukan sebagai bagian dari tanggapan British Council terhadap COP26 yang akan diselenggarakan di Glasgow pada November tahun depan, dan LCC adalah salah satu seri kegiatan yang akan mereka tampilkan. Targetnya, workshop menyasar peneliti awal karir dari Inggris, ditambah 6 negara lain di dunia yaitu Vietnam, Indonesia, Mesir, Afrika Selatan, Brazil dan Pakistan, dan pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan utama yaitu virtual workshop.
Muhaimin juga menjelaskan tenggat waktu penyerahan proposal pada 27 November, pukul 16.00 waktu di Inggris, dengan maksimum pengajuan dana sebesar 49,700 pound. Mereka yang terpilih akan mengikuti workshop antara tanggal 1 April hingga 31 Agustus, seiring dengan akan dilakukannya COP26 bulan November, dan berhak mengikuti kegiatan challenge prize sebelum 31 Maret 2022.
Sedangkan Grenti Paramitha memberikan informasi lebih lanjut tentang Newton Fund. Grenti menjelaskan Newton Fund sebenarnya adalah kemitraan pendanaan dan berfokus pada penelitian dan inovasi. Jadi dengan mengatakan penelitian mereka juga fokus pada penelitian dasar dan juga penelitian terapan, sehingga banyak sekali kesempatan bagi para peneliti yang bekerja di bidang tersebut, dan juga bagi para inovator, inventor untuk ikut serta dalam pendanaan hibah ini.
“Jadi, tujuan utama dari hibah ini adalah untuk mengembangkan dampak sosial dan ekonomi di Indonesia dan kami selalu menerapkan prosedur yang maksimal agar transparan dan kompetitif sehingga berarti kami selalu mengedepankan semua peluang kepada publik, kami selalu mempromosikan ini. Newton Fund telah mendanai di 7 negara, di Asia Tenggara kami bekerja di 5 negara termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina,” jelasnya. (Musfarayani/MENTARI)